Skip to main content

Gugup Hasrat Menyentuh Bibirmu

Beropini Tentang Dinasti Boneka

"Kardus untuk bungkus boneka". Kata - kata itu mungkin tidak asing dan wajar kalau menggunakan bahasa denotasi. Bayangkan dalam dunia imajiner, kata - kata itu diartikan dalam bahasa konotasi. Boneka identik dengan mainan anak perempuan yang imut dan menggemaskan. Anak perempuanlah yang menjadi tuannya. Terus, siapa anak perempuan itu? Yah anak kecil yang sama menggemaskannya dengan boneka, Lalu boneka itu didapat darimana? Dikasih orang lain atau dibelikan sendiri oleh orangtuanya baik itu ibu atau ayah dari hasil jerih payah keringat mereka. Awalnya si Anak perempuan itu merasa senang menerima boneka yang misalnya dikasih oleh bibinya. Si anak perempuan tadi merawat dan mengasuh serta memainkan boneka itu dengan hati yang gembira dan bahagia tentunya. Dianggap teman bermainnya yang baru. Terus bibinya datang lagi membawa boneka lain yang sama menggemaskannya dengan boneka pertama yang didapat sebelumnya. Bertambah jadi 2 kan boneka itu? Lalu si anak tadi berpikir untuk mengajak ayuknya untuk bermain boneka. Mereka tertawa bersama dan berpikir penuh khayalan sesuai keinginan mereka untuk mempermainkan boneka itu. Keesokan harinya si ibu datang membawa boneka yang lucu, bertambah lagi boneka itu menjadi banyak. Kedua putrinya sangat senang menerima boneka itu, namun tangan mereka tidak cukup, mereka lantas mengajak tetangganya untuk bermain bersama mereka. Mereka membuat rumah - rumahan dari kardus untuk tempat tinggal boneka itu. Awalnya satu rumah lalu membesar menjadi lebih dari satu rumah untuk berlindung. Namun, ada seorang laki - laki yang membuatkan sebuah istana untuk boneka itu. Siapakah laki - laki itu? Baik sekali hatinya mau menolong membuatkan istana. Yah itu lah Bapak anak perempuan tadi. Sebuah dinasti boneka tercipta. Sang Bapak berusaha untuk menyenangkan anak perempuannya dengan jerih payah nya sendiri. Sang Bapak berkata kepada anak dan teman anaknya untuk rukun - rukun bermain dan jangan bertengkar. Semua anak membalas kata "iya". 
Setiap hari mereka bermain dengan baik dan rukun, namun datanglah seorang pengacau yang iri dengan kegembiraan mereka. Anak itu disebut "Penjahat". Tetapi, penjahat itu hanya berkeinginan untuk "ikut bermain dan ingin merasakan kegembiraan juga". Lama - kelamaan mereka saling bersahabat. Penjahat itu dijadikan tameng untuk melindungi istana boneka dengan menggunakan otot mereka. Sedangkan anak perempuan dan teman lainnya aman terkendali bermain boneka. Karena merasa asyik mereka setiap hari bermain dan tidak mau berhenti. 
Lantas, bagaimana jika yang memainkan boneka itu seorang anak laki - laki? Yah tentu saja dianggap anak yang tidak normal alias anak banci. Tentu saja. Dengan julukan banci si anak mengotak - atik mesin dan membuat menjadi sebuah mainan motor otomotif, mobil dan bahkan bisa membuat mainan pesawat terbang. Lalu si anak laki - laki itu disambut baik oleh sekelompok anak perempuan tadi, mereka berkata "kamu jenius sekali bisa membuat mainan sebagus ini". Si anak laki - laki itu lantas diberi sebuah boneka cowok yang kemudian menjadi seorang raja walaupun hanya semalam. Si anak laki-laki tadi merasa tidak pantas untuk bermain boneka lagi, dia lantas pergi dan mengejar cita - citanya untuk menjadi seorang yang menginspirasi teman laki - lakinya untuk bersikap sebagai gentlemen. Dan hanya mengawasi dinasti boneka itu dari kejauhan. 
Di sisi yang lainnya, ada anak produk globalisasi yang membuat perasaan anak perempuan tadi berubah. Anak itu membawa sebuah robot yang canggih oleh bapaknya. Si bapak tidak mampu untuk membeli sebuah robot untuk anaknya. Lantas apa yang dilakukan oleh bapaknya? Si bapak menyuruh anak laki - laki tadi dan temannya untuk membuatkan satu robot. Berhasil. Kebanggaan terus menyelimuti hati si bapak. Dan anak perempuan tadi merasa sangat senang. 
Selama bermain dengan boneka dan robot, lama - kelamaan si robot rusak dan boneka tetap menggemaskan. Si anak berkata "Robot memang canggih namun cepat usang sedangkan boneka kalaupun usang bisa dicuci dan kembali seperti baru meskipun sedikit noda kecil yang tidak bisa hilang yang dikarenakan oleh tangan kotor pemainnya". Dan, selalu, boneka tetap berjaya. Pemainnya bertambah banyak seiring dengan banyaknya boneka yang didapat. :)

Dari cerita imajiner di atas, diambil hikmah kalau boneka itu hanyalah mainan yang sangat dicintai oleh tuannya yang selalu ingin memberikan kebahagiaan untuk kelompoknya sendiri. Sedangkan boneka hanya mainan mati yang tidak bernyawa. 

Dipikir secara lebih lanjut, bagaimana jika boneka itu mainan yang bernyawa? Manusia? Manusia dimainkan oleh manusia lainnya. Boneka manusia itu tetap menurut Tuannya dengan tujuan yang se visi dan se misi. Karena boneka manusia itu merupakan hasil buatan Tuannya. Boneka manusia berterima kasih sekali telah memainkan dan mengasuh serta merawat mereka dengan baik. Karena Si Tuan membuat boneka manusia itu mempunyai hati dan bisa berbicara serta punya akal. Boneka manusia memberontak jika si Tuan memainkan mereka dengan kasar. Dan Si Tuan hanya bisa tertawa. Boneka manusia mempunyai hati yang bisa di kontrol Tuannya. Boneka manusia itu tahu kalau Tuannya lah yang memegang kendali mereka. Boneka manusia itu menurut saja. Di sini, siapakah Tuan boneka manusia itu? Tentu saja rakyat. Namun, karena punya hati, boneka manusia itu memberontak dan menyakiti hati Tuannya, boneka manusia menjadi ambisius dan ingin mengendalikan Tuannya. Karena boneka manusia tetap sadar kalau dikontrol Tuannya. Mereka meminta maaf kepada Tuannya. Dan memohon Tuannya untuk tetap baik kepadanya. Sang Tuan yang ingat telah merawat boneka manusia dengan baik dengan segera memaafkan boneka manusianya dan melanjutkan bermainnya hingga penonton(pemain) merasa cukup sudah dengan drama yang dimainkan. Siapa penonton itu? Penonton itu ialah Anggota Keluarga Tetangga. Boneka manusia itu merupakan manusia juga. Perlu diingat! Apa kabar si Kardus? Apa fungsi Kardus? Kardus ialah rumah boneka manusia. Tempat berteduh dan berlindung.

Keseruan yang menjadi - jadi inilah  yang membuat penonton sangat terhibur. Setelah selesai bermainnya semua penonton bertepuk tangan riuh dan bersorak sorai bergembira. Excellent!  :)

 

Comments

Sponsor