Skip to main content

Gugup Hasrat Menyentuh Bibirmu

Apa Salahku Tuan?

 Tuan, aku datang ke rumahmu karena undanganmu.

Tuan, aku datang ke rumahmu dalam keadaan bahagia.

Dengan penuh rasa hormat dan bangga.

Tuan, kau membuat kami terpilih menjadi mantumu.

Tuan, tahukah kau bahwa itu merupakan suatu kehormatan?

Tuan, kau begitu baik kepada kami.

Namun, mengapa kau berubah?

Kau menunjukkan rasa kediktatoranmu.

Kekuasaanmu membuat kami terpuruk.

Rasa sesal dan benci menyatu.

Rasa jijikpun menyelimuti tubuh kami.

Apa salah kami tuan?

Setelah hampir satu dekade kami terpisah dari anak kami.

Menyiksa batin kami tuan.

Apa salah kami tuan?

Kau bilang kepada kami tentang perlombaan sayembara?

Namun kau tidak adil dalam menilai kelayakan kami untuk anak bujangmu.

Kau malah memilih anak sahabatmu.

Sampai kapan kau membuat anak bujangmu tertekan.

Senyuman palsu yang ditunjukkan.

Bahagia semu yang terpancar di raut wajahnya.

Politik jangan dicampur dengan cinta tuan.

Itu tidak adil tuan.

Apa salah kami tuan?

Bagaikan 12 wajah anak bujangmu terngiang - ngiang di pikiran kami.

Kami mau keadilan tuan.

Desir hati kami Tuan sebagai wanita yang melahirkan cucu untukmu

Keinginan kami untuk menjadi anak mantumu diakui di dunia.

Jangan hanya satu yang kaupilih tapi kami semua.

Tinggal dan hidup di rumah megahmu Tuan.



Comments

Sponsor