- Get link
- X
- Other Apps
Aku, seorang perempuan yang sedang menulis
cerita ini…
Terbawa aku ke masa lalu yang kelam yang menuntutku untuk bersikap dewasa. Demi dewa matahari aku merasakan kesakitan hati seorang yang berada di masa laluku. Cukup kesal dengan keputusan yang menjeratku ke dalam jurang penyesalan yang berbuah manis namun pahit. Cukup tersentak hati ini untuk merasakan momen anak kecil yang bersikap keibuan demi mengurus seorang suami yang juga masih kecil. Dipandang orangtua sebagai pasangan yang serasi sedari kecil. Namun ibu angkatku menganggap hal itu sebuah kesalahan, karena masih anak kecil. Suami kecilku. Pernikahan yang membuat hatiku sakit dengan tingkahnya. Aku bingung dan tak mengerti situasi masa lalu itu. Wajar saja, kami masih anak – anak. Ibu lah yang menentang pernikahan ini. Namun ibu kandungku menyuruhku untuk menikah dengan laki – laki itu. Kami menikah secara Shinto. Semua keluarga kami bahagia. Namun, tidak untuk ibu angkatku. Tidak wajar menurutnya. Ibu pikir bahwa anak kecil dipaksa menikah. Yah, umur kami 6 tahun waktu itu. Tidak wajar bukan? Tapi, ibu angkatku tidak bisa menghindari pernikahan itu. Dimulailah kehidupanku dengan laki – laki itu. Aku dibantu pelayan untuk melayani laki – laki itu. Karena dianggap seorang istri yang sah. Makan bareng, mandi bareng, tidur bareng dan bermain bareng serta belajar bareng. Suami yang masih kecil dan bertingkah anak kecil pada umumnya. Dan aku bertingkah seperti seorang ibu yang mengurus anaknya. Capek yang aku rasakan waktu itu. Masakpun untuk makannya. Sampai teriris pisau demi makan untuk dia dan keluarga besar kami. Tak ada bahagia. Capek lihat tingkah semua orang – orang tua itu. Makan suamiku pun harus masuk ke mulutnya dulu baru dimasukkan ke mulutku. Mengikuti cara nabi. Tangisku pecah dan aku menjerit untuk minta cerai. Dan, dia mengabulkannya. Lega hati ini mendengar keputusan itu. Aku pun dititip di keluarga angkatku. Kehidupan kami berpisah. Ku dengar kabarnya, dia memiliki lebih dari satu istri. Sakit hati ini mendengarnya. Rasanya ingin ku tampar takdir ini. Kenapa begitu kejam dengan dia. Dia dipaksa penguasa untuk menikah dan lalu cerai. Ingin kubunuh hati itu yang penuh nafsu birahi yang tinggi. Ingin kucaci mata itu yang penuh dosa kezaliman penguasa. Memaafkan takdir yang begitu kejam. Memaafkan hamba dari dewa matahari itu begitu sulit. Kudengar juga dia sudah pindah agama. Bukan Shinto lagi. Namun hal itu menjadi awal mula dia masuk ke jurang pernikahan yang gelap. Aku kesal. Kenapa tidak kompromi dulu sama aku untuk pindah agama. Kebodohan yang luar biasa. Karena lingkunganlah yang memaksa untuk pindah agama. Tambah sakit hati ini melihat dan mendengar masa lalunya. Kekejaman nan kezaliman. Bisa kah kalian bertanya kemana hatinya? Bagaimana perasaannya? Kenapa keegoisan orangtua begitu terpampang nyata demi kesakitan hati kami? Maaf, aku tak bisa menolong hati yang sudah hancur itu. Pikiran yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Tangisan ku tahan membayangkan begitu sakitnya hati dan pikiran itu. Demi menyenangkan seorang penguasa yang kurasa tidak menginginkan keadaan seperti sekarang. Ingin kembalikan waktu. Dan memperbaiki semua kesalahan itu. Dan takdir memaksaku mengingat semua kesalahan itu. Benciku padanya terungkap kembali. Ya, benci aku pernah menjadi istrinya. Benci aku dengan orangtuanya. Bersyukur aku telah dirawat orangtua angkatku. Bersyukur karena tindakan beliau bisa menjauhkanku dengan laki – laki gila itu. Sungguh laki – laki yang menyedihkan. Ingin membuat hati ini lebih sakit lagi. Dan ingin menyalahkanku terhadap hidup yang telah dia alami. Maaf, aku bukan istrimu lagi. Jangan ganggu aku lagi. Biarkan aku hidup dengan tenang dan bahagia. Semoga hatimu cepat sembuh. Pikiranmu menjadi normal dan beribadah kepada Tuhan mu yang baru. Allah SWT, Tuhannya orang Islam. Ku mohon sadarlah dan berimanlah dengan benar menurut ajaran agama Islam, dimana agama yang mengajarkan kebaikan dan sifat – sifat terpuji lainnya. Cintai orang yang mencintaimu. Biarkanlah aku bahagia dengan orang sekelilingku. Semoga sakitmu cepat sehat baik lahir maupun batin. Sakit? Berusahalah untuk tidak sakit lagi.
Teruntuk suami kecilku... :)
Comments
Post a Comment